Liburan Ke Telaga Sarangan
Telaga Sarangan |
Libur telah tiba
Libur telah tiba
Horeee
Aloha sobat ezon7 pecinta liburan, isu terkini liburan ini pada mau kemana nih? Pegunungan, pantai, danau, sawah, kota-kota, desa-desa, atau bermalas-malasan aja di kamar? Sepertinya semuanya sama mengasyikannya. Apalagi ditemenin sang terkasih. Aduhh, jadi ngirii. Hahahaa
Minggu yang kemudian saya dan keluarga berlibur ke Telaga Sarangan di tempat Magetan, Jawa Timur. Cukup menarik juga, ada rekreasi air, pasar buah dan sayuran segar, pemandangan elok, dan yang pastinya udara higienis segar dan hambar alasannya ialah Telaga Sarangan ini terletak di kaki gunung Lawu.
Survei Lokasi
Sebelum rombongan kakak-kakak dan keponakan-keponakan saya datang, saya diberi kiprah untuk mensurvei tempat. Sekaligus mencari dan memesan villa untuk menginap. Sebelumnya saya belum pernah ke Sarangan, paling jauh sih hingga Cemoro Sewu aja di tempat Tawangmangu.
Pagi itu, sekitar jam 9 pagi saya berkemas-kemas jalan ke Sarangan. Agak malas juga sih jalan sendirian naik sepeda motor. Bukan apa-apa, selain gak ada temen ngobrol juga pastinya bakal kedinginan soalnya gak ada yang peluk-peluk kan. Hihihii.
Motor udah, bensin udah, uang saku udah, hape udah, earphone buat dengerin lagu sepanjang jalan juga udah. So, tunggu apa lagi – let’s go!
Kain Blacu - Kanvas - Alat Lukis |
Kendaraan yang fit, rem pakem dan kondisi tubuh yang fit, serta kemampuan mengemudi sangat diharapkan untuk menaklukkan perjalanan ke Sarangan ini. Jalur pertama, saya lewat jalan utama Karanganyar – Tawangmangu, kemudian hingga di pertigaan besar Tawangmangu saya ambil kiri. Orang sekitar biasa menyebut pertigaan ini dengan nama Sekipan.
Mohon maaf, saya nggak bisa menuliskan apakah itu ke arah timur, atau utara. Jujur saja, walaupun banyak sekali jalur di Jawa Tengah dan DIY sebagian besar udah pernah saya lewatin tapi saya nggak selalu tau mana utara – mana selatan. Saya cuma tau kanan-kiri. Dan kali itupun saya nggak pake GPS, nggak juga tanya-tanya, saya cuman ngandalin insting aja bisa nyampe Sarangan. Tapi gampang kok, asal dari Karanganyar ikutin aja jalan yang sama juga nyampe kok. Hihii
Sampai di Sarangan sekitar jam 11 – 12 siangan. Kalau ditarik lurus mungkin jaraknya hampir sama menyerupai Solo – Jogja, cuma medannya aja beda. Sebenernya saya catat speedometer pas berangkat, konyolnya saya lupa perhatiin sesudah sampai.
Akhirnya saya hingga juga di pos retribusi. Nggak lupa saya-pun membayar tiket masuk seharga 10 ribu rupiah. Harga tiket masuk Telaga Sarangan jikalau dirinci: 7500 satu tiket masuk, 1000 untuk PMI, 200 rupiah untuk premi Jasaraharja. Sisanya 1300 mungkin menguap. Beruntung, besoknya kami tiba waktu malam, jadi nggak kena biaya tiket masuk alias gratis.
Telaga Sarangan nan Sejuk
Entah seharusnya sejuk atau dingin, tapi yang terang tengah malam itu saya menggigil. Langsung saja sebelum saya nyari villa, saya sempatin dulu makan soto biar tubuh anget. Di sekitar Telaga Sarangan banyak terdapat warung-warung yang mengatakan banyak sekali makanan.
Memang nggak ada masakan yang terlalu khas di sini, tapi masakan menyerupai sate kelinci, sate landak tampaknya juga jadi andalan para pedagang di Telaga Sarangan. Mungkin kebun-kebun strawberi yang bisa dipetik sendiri bisa jadi kesenangan tersendiri buat sobat bila berlibur di Telaga Sarangan.
Kali itu saya memesan semangkuk soto dan segelas kopi hitam. Soto di Sarangan ternyata udah berbeda dengan soto di Solo. Soto di Sarangan lebih berkiblat ke soto Jawa Timuran yaitu segar, asem, asin, dan pakai telor. Saya merogoh kocek 7000 rupiah untuk semangkuk soto dan kopi hitam.
Pesan Villa di Sarangan
Setelah tubuh angetan, saya pribadi mencoba menghubungi nomor yang diberi abang saya. Ada tiga nomor yang bisa dihubungi. Awalnya resah juga sih mau telpon yang mana, tapi jadinya saya mulai saja dari yang paling atas.
Setelah bla-bla-bla, saya lantas dijemput oleh Pak Abdul si pemilik villa Melati Sarangan. Lalu diantarkannya saya ke villa miliknya. Letaknya nggak jauh dari terminal (parkiran besar) Telaga Sarangan. Kali itu saya diberi harga 300 ribu untuk dua kamar dan sebuah ruang tengah. Murah kan?
Masing-masing kamar terdiri dari dua buah tempat tidur double bed. Makara dalam satu villa bisa terisi dengan 8 orang. Kalo mau lebih anget bisa diisi masing-masing kasur dengan 3 orang, jadi 12 orang. Ruangan tengah juga bisa dipakai kalau mau dengan menambah kasur tambahan. Dengan menambah 25-50 ribu, Pak Abdul siap menyediakan kasur tambahan.
Karena saya orangnya nggak enakan, alias sungkan plus nggak tegaan kalo nggak jadi pesen – jadinya saya deal memesan kamar untuk tanggal 30 Juni 2014 dengan uang muka 75 ribu. Lagian pak Abdul sudah dengan dekat dan ramah melayani saya, jadi tambah nggak tega deh kalo cuma buat perbandingan.
Meskipun pak Abdul masih punya penginapan dan villa lainnya, tapi saya pikir yang 300 ribuan itu aja ah.
Dibawah ini saya kasih foto-fotonya deh, sekaligus nomor yang bisa dihubungi. Untuk sobat sekalian yang mau pesan villa atau penginapan di Sarangan pribadi ke yang punya. Soalnya kalo nyari mendadak agak rempong juga ngadepin calo-calo yang bernafsu di sini lho.
1.Soto di Sarangan beda dengan soto di Solo; 2.Kamar di Villa Melati; 3.Kamar mandi Villa Melati ada air hangatnya; Ruang tengah Villa Melati |
Nomor Telepon Pemesanan Penginapan dan Villa di Telaga Sarangan
1. Hotel (Penginapan) Melati 1
Kamar kecil 1 double bed Rp.100.000
Kamar besar 2 double bed, balkon menghadap ke Telaga Sarangan Rp.200.000
No.Telp 085645699118 (Pak Abdul)
2. Villa Melati 2
2 kamar, 1 ruang tamu, 4 double bed, 2 kamar mandi, air hangat, tv
Rp 300.000
No.Telp 085645699118 (Pak Abdul)
3. Villa 3 Kamar
No.Telp 085735377105 (Pak Rudy)
4. Hotel Setia Budi
Ada fasilitas ruang pertemuan gratis untuk keluarga
Harga mulai Rp. 80.000/ kamar
Kain Blacu - Kanvas - Alat Lukis |
Setelah deal dengan pemesanan, saya diajak Pak Abdul berkeliling di sekitar Telaga Sarangan. Nggak cuman itu, saya juga diajak melihat-lihat penginapan Melati 1 yang terletak di dekat Telaga Sarangan. Memang, untuk menuju ke penginapan Melati 1 kita perlu melaksanakan sedikit perjuangan. Berjalan kaki naik beberapa meter dari jalan pinggiran telaga.
Namun usaha itu terbayar sesuai capeknya, penginapan Melati 1 khususnya lantai-lantai atas punya view yang nggak kalah indah dari hotel-hotel yang lebih glamor dan lebih mahal. Kamar yang besar punya balkon yang menghadap pribadi ke Telaga Sarangan. Katanya, pada hari-hari biasa beliau mematok harga 200 ribu untuk kamar besar yang berisi dua kasur dan balkon itu.
Selain kamar besar, ada juga kamar-kamar kecil yang berharga 100 ribuan. Memang nggak ada balkonnya, tapi masih ada ruang buat menikmati pemandangan dari atas kok. Sayang sejuta sayang, hingga di tempat ini kamera saya keabisan baterai. Makara singkat kata saya nggak punya foto penginapan Melati 1 Sarangan itu.
Setelah puas melihat-lihat dan ngobrol, sayapun pamit pulang. Sebagai bonus, pak Abdul memberi tau saya semoga lewat jalan gres aja. Sayapun manut, dan ternyata jalan gres itu tanjakan-turunannya lebih landai dan jalannya lebih luas hingga jadinya tembus di sekipan Tawangmangu.
Mari Berpiknik ke Telaga Sarangan
Akhirnya hari yang dinanti-pun tiba, 30 Juli 2014 malam kami berangkat menuju Telaga Sarangan. Jalan beriring-iringan dengan dua kendaraan beroda empat kami melintasi Karanganyar – Tawangmangu – Jalan tembusan gres menuju Telaga Sarangan.
Hari sebelumnya saya survey dengan terangnya, tapi kali ini malam hari. Saya harus berpikir keras alasannya ialah jalan-jalan menuju ke Telaga Sarangan gelap, panjang, naik-turun, berkelok-kelok, dan minim petunjuk jalan dan parahnya nggak ada selembar manusiapun untuk ditanyai. Mau ngandalin GPS? Percuma, nggak ada sinyal di tengah hutan pegunungan, Sob.
Harap-harap cemas saya jalan aja terus ngandalin feeling dan ingatan-ingatan hal-hal unik. Seperti saluran tembusan dari Tawangmangu yang setengah tertutup oleh portal duduk, petunjuk jalan goresan pena “ke solo” yang kebalik, warung Lydia di kanan jalan yang berati udah deket Sarangan, dsb.
Akhirnya kami sampailah juga di kompleks Telaga Sarangan. Kalo nggak salah itu sekitar jam 9 malam. Di dalam kendaraan beroda empat sih nggak begitu dingin, tapi begitu turun ke jalan maka pribadi nyess. Bahkan Pak Abdul, orang lokal pemilik villa yang menjemput kami-pun hingga menggunakan jaket tebal berponco. Seandainya aja ada cewek manis pake hot pants dan tank top di malam sedingin itu, saya yakin 90 persen itu hantu dan saya bakal lari menjauh – bukan mendekat. Hohohoo
1 dan 2. Perjalanan yang cukup menantang. 3. Beristirahat sejenak sesudah sampai |
Sambil menggigil saya dan saudara-saudara menurunkan barang-barang ke dalam kamar. Lalu selanjutnya makan malam dengan mie instant cup, alasannya ialah warung-warung-pun udah pada tutup. Untungnya pak Abdul memberi kami satu termos air panas. Cukuplah untuk mengganjal perut sambil berbincang-bincang kesana-kemari.
Nggak hingga tengah malam, ayah dan kakak-kakak serta keponakan-keponakan saya-pun jadinya tidur. Saya sempetin ngliat bola dulu sebentar, eh ternyata ponakan terkecil nemenin satu sarung dengan saya. Lalu jadinya diapun terlelap, saya lantas menyusul. Makara waktu itu ada 10 orang termasuk saya yang menginap di penginapan Melati 2 milik pak Abdul itu.
Saatnya Menikmati Telaga Sarangan
Setelah sarapan dengan sebungkus nasi pecel, saya dan beberapa ponakan mengawali berjalan-jalan di sekitaran telaga. Bermain ayunan di taman yang ada di salah satu sisi pasar. Baru sesudah itu kami semua berjalan-jalan berkeliling Telaga Sarangan.
Ponakan-ponakan bermain di taman bermain Sarangan |
Untuk naik speed boat berkeliling telaga, tarifnya ialah 50 ribu rupiah untuk waktu sekitar 10 – 15 menit. Sayangnya alasannya ialah itu kapal kebut sudah nggak muat, maka saya cuma bisa ngliat aja sambil foto-foto.
Kalo sobat ingin berkeliling naik kuda, bisa menyewa dengan harga 50 ribu juga. Rutenya mengitari telaga untuk waktu sekitar 20 – 30 menitan. Lalu bahwasanya ada juga kapal bebek, tapi tampaknya jarang ada yang menyewanya. Mungkin takut ditabrak speed boat kali ya.
Bertamasya di Telaga Sarangan dengan keluarga |
Cinderamata, masakan dan pemandangan yang asri juga bisa dinikmati selain atraksi air. Sepulang dari telaga ke penginapan, kami membeli beberapa buah-buahan dan sayuran yang segar-segar. Dan anak-anakpun masih ingat untuk kembali lagi ke taman ayunan. Kamipun mengikuti mereka dan beristirahat dulu disana sambil ngobrol-ngobrol.
Sebenarnya berjalan mengitari telaga yang cukup luas itu tampaknya mengasyikan. Kamipun berencana mengitarinya sekaligus berjalan pulang. Tapi sayang, ternyata di salah satu sisi jalan nggak bisa dilewati mobil. Yah, terpaksa kami putar balik dan menuju arah pulang.
Saatnya Pulang Ke Solo
Siang itu kami pulang menuju Solo. Di tengah perjalanan, masih di deket-deket Sarangan saya beli dua keranjang tobeli. Tobeli?? Stoberi stroberii, strawberry dehh kalo taunya yang inggris-inggris. Ah, berapa ya saya agak lupa harganya. Kalo nggak salah 30 rebu buat du keranjang stroberi yang di dasar keranjangnya dikasih kertas biar keliatan banyak itu. -__-
Berfoto bersama keluarga di Sarangan |
Saya sih beli buat oleh-oleh, orang sayanya aja nggak suka stroberi. Asem sih. Tapi kata abang saya sih manis nggak kayak stroberi biasanya. Saya sih percaya aja, dan nggak berniat ngebuktiin.
Di Tawangmangu, kami mampir makan siang sate kelinci dulu. Yah, semoga binatang lucu ini pada masuk sorga deh ya. Tapi memang menyerupai di daerah-daerah wisata pegunungan, menyerupai Bandungan, Kaliurang, Kopeng, Dieng, dll, sate kelinci biasanya ada. Nggak tau deh kenapa di pantai nggak ada yang jual sate kelinci dan di pegunungan jarang yang jual es kelapa muda.
Kain Blacu - Kanvas - Alat Lukis |
Jauh lebih cepat dibanding perjalanan berangkat, jadinya sore hari kami tiba juga di Solo. Selanjutnya, malam itu kami sedikit plesiran di kota Solo dan esok harinya pantai-pantai ke Gunung Kidul. Saya tulis di post terpisah aja ya.
Secara keseluruhan saya pribadi memberi nilai 7,5 untuk perjalanan yang menantang, udara sejuk, kemudahan yang cukup memadahi, harga serta keindahan alam Telaga Sarangan ini. ezon7.blogspot.com
Selamat berlibur sobat ezon7