Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pilar - Pilar Untuk Mencapai Negeri Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur Serta Bercermin Kepada Negeri Saba’.

Dalam Islam untuk mencapai negeri yang Baldatun Thayyibatun wa rabbun Ghafur diperlukan  Pilar - Pilar untuk Mencapai Negeri Baldatun Thayyibatun wa rabbun Ghafur serta Bercermin kepada Negeri SABA’.


Pilar - Pilar untuk mencapai negeri  Baldatun Thayyibatun wa rabbun Ghafur.
Dalam Islam untuk mencapai negeri yang Baldatun Thayyibatun wa rabbun Ghafur diperlukan 4 pilar, demikian bahan khutbah yang disampaikan Tgk H Syahrial dikala menjadi khatib di Masjid Istiqamah Simpang Kelaping Kecamatan pegasing kabupaten Aceh Tengah.

Baldatun Thayyibatun wa rabbun Ghafur yaitu sebuah negeri yang subur dan makmur, adil dan aman. Dimana yang berhak akan menerima haknya, yang berkewajiban akan melaksanakan kewajibannya dan yang yang berbuat baik akan menerima anugerah sebesar kebaikannya. Tidak ada lagi kezaliman.

Dalam sejarahnya, berdasarkan Tgk H Syahrial, keadaan negeri menyerupai ini terjadi dikala Rasulullah SAW memimpin Islam dan diikuti oleh sejumlah khalifah.

Adapun keempat pilar tersebut, dirincikan Tgk H Syahrial yaitu pertama Ulama yang berilmu, kedua Umara (pemimpin-red) yang adil, ketiga orang kaya yang gemar memberi dan keempat orang fakir yang mau berdo’a.

Ulama harus terpelajar dan menjadi kawasan bertanya bagi ketiga unsur tersebut dan mau mencar ilmu ilmu agama. Pemimpin harus adil tidak membeda-bedakan rakyatnya, Orang kaya gemar memberi yang suka bederma kepada yang membutuhkan dan orang fakir hendaknya selalu berdoa untuk ulama, umara dan orang kaya.

“Sedihnya, kondisi sekarang, orang fakir yang do’anya lebih makbul malah sudah sangat kurang ibadahnya, bagaimana kita bisa berharap suatau negeri yang Baldatun Thayyibatun wa rabbun Ghafur,” ujar Syahrial, ustadz yang berdomisili di Angkup Silihnara dan masih tergolong sangat muda ini.

BALDATUN THAYYIBATUN WA RABBUN GHAFUR bercermin kepada Negeri SABA’

Allâh Subhanahu wa Ta’ala yaitu Dzat yang Maha Sempurna dan Maha Mengetahui. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Ia menentukan waktu tertentu dan menjadikannya sebagai waktu yang mempunyai keutamaan. Seperti halnya Lailatul-Qadar yang dijadikan lebih baik dari seribu bulan. Demikian pula, Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan kota Makkah al-Mukarramah sebagai satu kawasan di bumi yang lebih utama dibanding tempat-tempat yang lain. Begitu pula Allâh Subhanahu wa Ta’ala menyebut suatu kawasan (negeri) sebagai Baldatun Thayyibatun. Ini semua merupakan bukti dari kesempurnaan ilmu-Nya yang mengetahui belakang layar dan hakikat sesuatu.

Baldatun Thayyibatun merupakan istilah yang tidak gila bagi kaum muslimin. Alangkah baiknya jikalau kemudian diiringi dengan mengetahui profil negeri Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur tersebut, dengan merujuk kepada kitab-kitab tafsir dan sejarah Islam. Negeri manakah yang dimaksud?

Dalam al-Qur’ân al-Karim, Allâh Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan perihal negeri yang sukses, atau Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di kawasan kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Rabbmu dan bersyukurlah kau kepada-Nya. (Negerimu) yaitu negeri yang baik dan (Rabbmu) yaitu Rabb yang Maha Pengampun”. [Saba’/34:15].

Imam ath-Thabari rahimahullah menukil dari Imam Mujahid rahimahullah, bahwa yang dimaksud dengan Baldatun Thayyibatun yaitu kota ash-Shan’a.

Syaikh as-Sa’di menyebutkan, Saba’ yaitu sebuah kabilah yang cukup populer di semenanjung Negeri Yaman. Tempat tinggal mereka disebut dengan Ma’rib.

Al-Khazin ketika menafsirkan makna dari kalimat ” مَسْكَنِهِمْ” ,( di kawasan kediaman mereka) ia berkata: “Yaitu kota Ma’rib yang terletak di Negeri Yaman”. Dan yang dimaksud dengan Baldatun Thayyibatun yaitu Negeri Yaman.

Adapun keutamaan Negeri Saba’ telah diceritakan dalam al-Qur’ân al-Karim, diantaranya, dahulu Saba’ yaitu negeri yang subur dan makmur. Kesuburan tanahnya dilukiskan dari terlihatnya di kiri kanan jalan penuh kebun-kebun menghijau, dihiasi dengan pohon-pohon berbuah lebat. Buah-buahan yang ada juga digambarkan dengan segala sifat kelezatan dan keistimewaan dibandingkan dengan buah-buahan yang ada di kawasan lain di bumi. Sehingga yang berjalan di seluruh Negeri Saba’ tak pernah mencicipi lelah, haus, dan lapar, lantaran jikalau ingin makan, tinggal memetik banyak sekali buah yang terdapat di sepanjang jalan. Sehingga sejauh dan seberat apa pun perjalanan, senantiasa terasa bersahabat dan ringan.

Ahli tafsir di kalangan tabi’in, menyerupai Qatâdah, dan yang lain menggambarkan betapa subur dan makmur Negeri Saba’ itu ; digambarkan, seorang perempuan berjalan di bawah pepohonan dengan memanggul keranjang di atas kepalanya untuk mewadahi buah-buahan yang berjatuhan, maka keranjang itu penuh tanpa harus susah payah memanjat atau memetiknya.

Air di Negeri Saba’ mengalir dan memancar di mana-mana. Air tersebut, bersumber dari bendungan Ma’arib. Sebuah bendungan besar yang bisa menampung curahan air hujan satu kali demam isu hujan, cukup untuk memenuhi kebutuhan selama dua atau tiga tahun demam isu kemarau.

Imam asy-Syaukâni menyebutkan dari Imam Abdurrahman bin Zaid perihal firman-Nya (Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Rabb) di kawasan kediaman mereka…) “Sungguh merupakan tanda kekuasan Allâh Subhanahu wa Ta’ala pada kaum Saba’ berupa anugerah yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada mereka di kawasan kediaman mereka. Mereka tidak pernah melihat adanya hewan-hewan yang berbahaya menyerupai nyamuk, lalat, kutu, kalajengking, ular dan binatang (pengganggu) lainnya. Bila ada iringan kafilah yang hendak melintas di perkampungan mereka dengan mengenakan pakaian yang dihinggapi oleh kutu-kutu, maka kutu-kutu itupun mati tatkala mereka melihat rumah penduduk Negeri Saba’.”

Demikian keberkahan yang diberikan Allâh Subhanahu wa Ta’ala kepada Negeri Saba’. Selain itu, tercatat dalam sejarah, penduduknya yaitu penduduk yang senantiasa tunduk dan patuh dalam menjalankan perintah Allâh Subhanahu wa Ta’ala , terbebas dari perbuatan syirik dan zhalim serta selalu mensyukuri nikmat yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala berikan. Sungguh mereka menyayangi Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan Allâh Subhanahu wa Ta’ala menyayangi mereka.

Dari sisi akhlak, kaum Saba’ senantiasa meninggalkan pekerjaan yang mengandung unsur kebohongan, baik dalam ucapan maupun tindakan. Kaum Saba’ benar-benar jujur dalam berkata dan bekerja. Sehingga mereka menerima ganjaran berupa taufik, yaitu peningkatan nilai amal mereka, keunggulan dan keberhasilan yang meliputi semua bidang pekerjaan. Baik berdagang, berternak maupun dalam bidang pertanian.

Predikat mulia, Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafûr yang dahulu pernah diraih oleh kaum Saba’, kini hanyalah sebuah nama tanpa makna. Keberkahannya telah berganti dengan musibah berupa banjir besar yang meluluhlantakkan negeri tersebut. Penyebabnya yaitu mereka berpaling dari ketaatan dan peribadatan kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , dan kebanyakan mereka tidak bersyukur kepada-Nya.

Demikian pula, jikalau kita senantiasa bertakwa kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , tidak melaksanakan perbuatan syirik dan selalu bersyukur atas nikmat dan karunia-Nya, maka gelar kemuliaan Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafûr bisa dimiliki negeri kita ini.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [al-A’râf/7:96].

Kemudian firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴿٧٠﴾ يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kau dan katakanlah perkataan yang benar, pasti Allâh memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mangampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allâh dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah menerima kemenangan yang besar. [al-Ahzâb/33:70-71].

Saba’ merupakan pecahan dari Negeri Yaman, terletak di Jazirah Arab. Letaknya berdekatan dengan Saudi Arabia, yang dalam sejarah Islam telah kita ketahui yaitu negeri yang mempunyai banyak keutamaan, baik negeri maupun penduduknya. Telah dikenal dalam kitab-kitab sejarah Islam betapa banyaknya keutamaan serta kebaikan yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala limpahkan kepada negeri ini, menyerupai halnya Saba’ yang merupakan pecahan dari Negeri Yaman.

Penduduk Negeri Yaman populer dengan budpekerti yang mulia, baik dahulu kala pada masa jahiliyah maupun setelah tiba Islam. Negeri ini juga dikenal sebagai negeri yang mengeluarkan banyak para ulama, jago ibadah, jago sya’ir dan selain daripada yang demikian.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kau yang murtad dari agamanya, maka kelak Allâh akan mendatangkan suatu kaum yang Allâh menyayangi mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allâh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allâh, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allâh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [al-Mâ-idah/5:54].

Kaum yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala sebutkan di atas, sebagai kaum yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala menyayangi mereka dan mereka menyayangi Allâh Subhanahu wa Ta’ala , mereka yaitu bangsa Yaman, sebagaimana tiba klarifikasi tafsir ayat di atas dalam hadits di bawah ini,

عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ الله قَالَ :سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ عَنْ قَوْلِهِ تَعَالَى : فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ ) قَالَ : هَؤُلاَءِ قَوْمٌ مِنَ الْيَمَنِ)

Dari sahabat Jabir bin Abdillah sebenarnya ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ditanya perihal firman Allâh “maka kelak Allâh akan mendatangkan suatu kaum yang Allâh menyayangi mereka dan merekapun mencintai-Nya“, dia Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mereka yaitu sekelompok kaum dari Negeri Yaman”. [HR ath-Thabrani,[6] dihasankan oleh Syaikh al-Albani].

Selain itu dikisahkan pada zaman Rasulullâh, Ahlul-Yaman berbondong-bondong memasuki agama Allâh, sebagaimana dikisahkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata, “Tatkala diturunkan ayat :

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ ﴿١﴾ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا

‘Apabila telah tiba pertolongan Allâh dan kemenangan. Dan kau lihat insan masuk agama Allâh dengan berbondong-bondong,’ [an-Nashr/110:1-2]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ, هُمْ أَرَقُّ قُلُوْبًا, الإِيْمَانُ يَمَانٍ وَالْفِقْهُ يَمَانٍ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَّةٌ

Telah tiba kepada kalian penduduk negeri Yaman. Mereka yaitu orang-orang yang paling lembut hatinya, keyakinan itu ada pada Yaman, dan Fiqih ada pada Yaman, dan pesan yang tersirat ada pada negeri Yaman [HR Imam Ahmad, disahîhkan oleh Syaikh al-Albani][9].

Imam al-Baghawi rahimahullah berkata, “Yang demikian itu merupakan kebanggaan kepada penduduk Yaman, dikarenakan mereka yaitu kaum yang cepat berimannya, dan keimanan mereka kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala bagus”.

Dikisahkan pula dalam suatu hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan hidayah dan barakah buat penduduk Yaman.


عَنْ أَنَسٍ عَنْ زَيْدٍ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ n نَظَرَ قِبَلَ الْيَمَنِ فَقَالَ اللَّهُمَّ أَقْبِلْ بِقُلُوْبِهِمْ وَبَارِكْ لَنَا فِي صَاعِنَا وَمُدِّنَا

 
Dari Anas Radhiyallahu anhu, dari sahabat Zaid bin Tsâbit Radhiyallahu anhu, sebenarnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan pandangannya ke arah Negeri Yaman, kemudian dia berdoa, ‘Ya Allâh, jadikanlah di hati mereka kelapangan dalam mendapatkan Islam dan berikanlah keberkahan kepada sha’ dan mud kami’.” [HR at-Tirmidzi. Syaikh al-Albani berkata, “Hadits ini yaitu hadits hasan shahîh”. 12

Demikianlah menyerupai yang telah dikisahkan sebelumnya, sebagai salah satu bukti dari komitmen Allâh Subhanahu wa Ta’ala untuk orang-orang atau penduduk negeri yang bertakwa, yaitu Negeri Saba’. Negeri berlabel Baldatun Thayyibatun Rabbun Ghafûr. Dan kita memohon kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala semoga mengakibatkan negeri kita ini sebagai negeri yang diberkahi. Wallâhu Ta’ala ‘alam.